Merekatidak menampakkan semua kewajiban tarekat mereka, seperti zikir dan amalan tambahan lainnya. Menurut seorang peneliti, pengamal tarekat ini hanya bisa dikenali dari praktik hidup hariannya, terutama ekstremnya mereka melayani kaum lemah dalam segala kondisi mereka, fis sarraa wad dhoorro’. Mereka bersedekah dalam segala keadaan, baik
Tarekat Syekh Siti Jenar/Sunan Kajenar Bagi syekh siti jenar, bentuk lafadz istighfar, shalawat,tasbih,tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yang menuntun manusia untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan. sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka. kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia, yang dapat menyelami kedalam samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekatinya, kemudian menghampirinya untuk manunggal dalam keabadian. sehingga matra-matra dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian. saat nyawa kehidupan lepas dari tubuh, kesadaranya tetap mengiringinya dengan senyum menuju anda berhasrat kuat untuk mengikuti jalan kami maka yang wajib anda sadari pertama-tama adalah kenyataan yang terkait dengan cara/thariq kami yang berbeda pada umumya yang dianut manusia. maksudnya, tarekat yang kami anut tidak mengenal adanya pir atau mursyid. karena yang disebut pir atau mursyid, menurut cara kami berada dalam diri manusia keberadaan guru hanya terbatas sebagai petunjuk untuk menuntun langkah awal seorang salik dalam guru penjelasan ini hendaknya anda pahami bahwa pada cara kami tidak mengenal adanya wasilah maupun rabithah yang berwujud manusia. satu-satunya wasilah dan rabhitah adalah nur muhammad, yang ada didalam diri manusia. lewat nur muhammad itulah manusia akan tercapai sumber segala sumber. Anda boleh menamai cara ini sesuka hati anda, namun hendaknya anda ketahui bahwa Nabi Muhammad al-Musthafa SAW telah mewariskan dua cara kepada yang pertama adalah tarekat Al-akmaliyah yang diwariskan lewat hadrat Ali bin Abu Thalib. tarekat yang akan anda pelajari dari syekh siti jenar adalah tarekat al akmaliyah. “sebagaimana yang telah kujelaskan sebelumnya bahwa pertama-tama tarekat al akmaliyah tidak mengenal pir atau mursyid dalam wujud manusia karena pada hakikatnya sudah ada pada diri tiap pir atau mursyid didalam diri manusia itulah yang disebut nur muhammad, yang akan menjadi penuntun sang salik di dalam menuju dia. karena itu, tarekat al-akmaliyah tidak mengenal wasilah dan rabithah dalam bentuk manusia. Wasilah dan rabithah dalam tarekat al-akmaliyah tidak dikenal adanya silsilah pir atau mursyid berdasar asas para salik yang berjalan melewati tarekat al-akmaliyah wajib berkeyakinan bahwa segala sesuatu termasuk tarekat ini adalah milik Allah. itu berarti, keberadaan tarekat beserta seluruh pengikutnya adalah semata-mata karena kehendak Allah. dengan demikian, para pengikut tarekat ini hendaknya tidak membanggakan diri sebagai pendiri atau penguasa tentu pernah mendengar kisah syaikh hussein bin mansyur al hallaj yang dihukum cincang dan mayatnya di bakar oleh al-muqtadir? dia adalah pengamal ajaran tarekat al-akmaliyah. Namun, murid-muridnya kemudian mendirikan tarekat hallajiyah. itu boleh dan sah-sah saja, walaupun akhirnya Hallajiyah tenggelam karena pengikut-pengikutnya membentuk lembaga baru dengan susunan hirarki kepemimpinan rohani atas dasar seorang manusia. sementara tarekat al-akmaliyah tetap lestaari hingga Tarekat Al-akmaliyah dan Tarekat Al-anfusiyah hakikatnya sama, hanya nama saja yang berbeda. karena, Akmaliyah berasal dari Al-kamal, yakni pengejawentahan dari al-kamal yang dibentuk oleh al-jalal dan itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan ruh al-haqq dimana tersembunyi al-haqq. Al-kamal atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil. Sementara itu, Anfusiyah berasal dari al-anfus, an-nafs al-wahidah, yakni pengejawentahan an-nafs al-illahiyyah. an-nafs al-wahidah itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan roh-nya, yakni roh al-haqq di mana tersembunyi al-haqq. an-nafs al-wahidah atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan tarekat itu benar, hanya nama dan cara-nya saja yang berbeda. justru cara itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik menilai terlalu tinggi cara yang di ikutinya hingga menafikan cara yang lain. sebab, dengan itu sebenarnya sang salik memuliakan dan mengagungkan dan membenarkan keakuanya yang kerdil. berarti sang salik pada saat itu telah merampas hak kemuliaan, keagungan, dan kebenaran hanyalah miliknya. itulah sebabnya, dalil awal yang wajin dipatuhi oeleh seorang salik Akmaliyah adalah meyakini jalan lurus/sabil huda yang digelar oleh Allah kepada hamba-hamba yang mencarinya tidaklah tunggal/ wa al-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum yang paling penting anda pahami lagi adalah Tarekat al-akmaliyah ini hanyalah suatu cara untuk melewati jalan lurus. jadi jangan beranggapan bahwa cara ini adalah segala-galanya. artinya jangan menganggap bahwa siapa saja yang mengamalkan cara ini dan mengikuti jalan lurus yang ada di dalamnya pasti akan selamat sampai kepadanya. sebab keputusan terakhir ada di tangan-Nya juga. artinya sangat terbuka kemungkinan pengamal cara ini justru akan tersesat jalan, jika Dia menghendaki sebagai pedoman untuk melintasi jalan lurus dengan cara Akmaliyah, dapat saya jelaskan sbb pertama-tama yang harus anda pahami bahwa Allah tujuan akhir kita, adalah tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu bentuk apapun/ laisa kamitslihi syaiun. karena itu merupakan suatu keharusan fundamental bahwa untuk menuju dia, seorang salik harus mengarahkan kiblatnya seperti daud dan sulaiman, namun kiblat hati dan pikiran tetap hanya mengarah anda sadari bahwa perjalanan menuju Dia, subhanahu wa ta’ala, bukanlah perjalanan ajaib yang langsung secara gampang dalam tempo satu hari atau satu pekan. perjalanan menuju Dia sangatlah sulit dan penuh jebakan. karena harus melampui tujuh rintangan besar, yaitu tujuh lembah kasal, tujuh gunung riya’, tujuh rimba sum;ah, tujuh samudera jub, tujuh benteng hajbun. Semua rintangan itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi, Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita / sebagaimana bumipun berlapis tujuh / 8612 dan samuderapun berlapis tujuh /Qs. Luqman 3127. bahkan neraka bertingkat tujuh /Qs. al-Hijr 1544. tidaklah anda ketahui bahwa surgapun berlapis tujuh. Tidaklah anda ketahui bahwa dalam beribadah kepada-Nya manusia telah diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Qur’an/Qs. al-Hijr 4487 untuk berhubungan dengan-Nya?Qs. al-Hijr 1587. Tidaklah anda sadari bahwa saat anda sujud maka tujuh anggota badan anda yang menjadi tumpuan??” Namun, diantara tujuh hal yang terkait dengan alam semesta ini, yang paling penting anda sadari adalah tujuh lapis hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia yang di beri tujuh tahap usia, yakni radhi, fathim, shabiy, ghulam, syabb, kuhl, dan syaikh; yang berkait dengan tujuh nafsu manusia, yakni musawwilah, hayawaniyah, ammarah, iwwammah, mulhamah, muthma’inah, dan wahidah. sebab dengan menyadari adanya tujuh nafsu manusia maka anda akan memahami adanya TUJUH MARTABAT yang wajib anda lampui untk menuju kepadan-Nya. dan sekali lagi ingat-ingatlah bahwa perjalan rohani bukan perjalanan ajaib yang bisa tercapai dalam waktu sendiri membutuhkan waktu lima belas tahun berkhalwat untuk mencapai tahap bertemu jibri AS di gua hira. dan perjalanan itu masih beliau laksanakan dengan tekun dan istiqomah hingga beliau mengalami isra’mi’raj menghadap ke hadirat al-khaliq.””” Terdapat hubungan sekaligus perbedaan pelaksanaan antara tarekat akmaliyah dengan tarekat syatariyah. tarekat al-akmaliyah untuk dirimu pribadi, sedang tarekat syatariyah untuk engkau ajarkan khalayak ramai. wajib engkau ingat-ingat bahwa apa yang disebut tarekat itu pada dasarnya memiliki hakikat tujuan yang sama, meski nama dan caranya seolah-olah berbeda. itu sebabnya , jika engkau teliti benar keberadaan semua tarekat maka akan engkau dapati jalan lurus dan cara yang mirip satu dengan yang lain. di dalam beberpa tarekat misalnya, akan engkau dapati pemaknaan inti dari hakikat istighfar, salawat, tahlil dan nafs al-haqq yang sering di pilah-pilah sebagai dzikir jahr dan dzikir sirri. semua tarekat pasti mengajarkan istighfa, salawat, tahlil dan nafs tarekat pasti mengajarkan rahasia Muhammad sebagai pintu dan kunci untuk membuka hijabnya. Ada penjelasan mengapa tidak tarekat al-akmaliyah saja yang disebar luaskan kepada khalayak ramai? bukankah hal itu lebih afdol dibanding mengajarkan tarekat asy-syatariyah?ketahuilah,o salik, bahwa tarekat al-akmaliyah sejak semula memang tidak untuk diajarkan kepada khalayak ramai. tidakkah engkau ketahui kisah syaikh abu al-mughits al-husain bin mansyur bin muhammad al-baidhawi al-hallaj yang menimbulkan kekacauan ketika mengungkapkan pandangan dan pahamnya kepada khalayak ramai? Tidakkah semua orang saat itu tidak mampu memahami ucapan-ucapanya? Tidakkah hanya kesalah pahaman yang justru ditimbulkanya?”””” Ketahuilah salik, bahwa yang menjadi dasar tarekat al-akmaliyah adalah kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan, pencipta yang tak bisa di bayangkan dan tidak pula bisa dibandingkan dengan dasar utama dari tarekat al-akmaliyah adalah perjalanan kembali ke asal. inna li Allahi wa inna ilaihi raji’un! kembali kepada yang maha ghaib. maha kosong. maha tak engkau menjelaskan khalayak ramai tentang dia/ huwa yang tak bisa digambarkan dan dibayangkan serta takterbandingkan? bagaimana cara engkau meminta khalayajk ramai untuk mengikuti jalanmu jika engkau tak bisa menjelaskan kepada mereka tentang kenikmatan, kelezatan, keindahan, kemuliaan, dan keagungan yang bakal engkau capai? bagaimana bisa engkau menyadarkan khalayak ramai tidaklah kembali kesurga yang penuh kenikmatan dan kelezatan, melainkan kembali kepada dia yang tak bisa digambarkan??”Dengan uraian ini bukan berarti aku menempatkan tarekat al-akmaliyahsebagai tarekat yang khusus, apalagi lebih tinggi nilainya dari pada tarekat syatariyah. sekali-kali tidak demikian. sepengetahuanku, tarekat al-akmaliyah memang tidak pernah diajarkan secara terbuka, kecuali pada masa husein bin mansyur bin Muhammad al-baidhawi al-hallaj. entah jika suatu saat nanti Allah menghendaki-Nya..”””Menurut pemahaman tarekat al-akmaliyah, dalam perjalanan rohani menuju Dia pada hakikatnya terdapat empat tahapan al-insan menuju al-haqq/as-safar min kembali dari al-haqq/ as-safar fi kembali dari al-haqq menuju al-insan bersama al-haqq/as-safar min al-haqq ila al-insan bi al-insani di tengah ciptaan bersama al-haqq/safar al-insan fi al-khalq bi uraian ini, o salik, jangan sekali-kali engkau bertanya soal manfaat dan kegunaan. sebab, jelas pada paham ini bahwa barang siapa yang di dalam perjalanannya telah sampai kepada al-haqq maka dia akan kehilangan keakuannya yang kerdil dan sempit. itu berarti, dia tidak akan berbicara tentang manfaat, keuntungan, kenikmatan, kelezatan dan kemuliaan menurut akal pikiran dan hasrat hatinya. artinya, dia yang telah sampai akan berada pada tingkatan tertinggi dari kepasrahan kepada-Nya. wama tasya’uma illa an yasya-a Allahu rabbu al-alamin”” /QS al-taqwir 8129 itulah penjelasan sang guru sunan kejenar mengenai tarekat dan perjalan yang beliau capai hingga puncaknya dan juga hasil diskusi para guru yang memang benar-benar telah merasakan benar akan arti kebenaran itu sendiri. Hussein Ibn Mansyur Al Hallaj Abad ketiga hijriyah merupakan abad yang paling monumental dalam sejarah teologi dan tasawuf. Lantaran, pada abad itu cahaya Sufi benar-benar bersinar terang. Para Sufi seperti Sari as-Saqathy, Al-Harits al-Muhasiby, Ma’ruf al-Karkhy, Abul Qasim al-Junaid al-Baghdady, Sahl bin Abdullah at-Tustary, Ibrahim al-Khawwash, Al-Husain bin Manshur al-Hallaj, Abu Bakr asy-Syibly dan ratusan Sufi lainya. Di tengah pergolakan intelektual, filsafat, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul sosok agung yang dinilai sangat kontroversial oleh kalangan fuqaha’, politisi dan kalangan Islam formal ketika itu. Bahkan sebagian kaum Sufi pun ada yang kontra. Yaitu sosok Al-Husain bin Mansur Al-Hallaj. Sosok yang kelak berpengaruh dalam peradaban teosofia Islam, sekaligus menjadi watak misterius dalam sejarah Tasawuf Islam. Nama lengkapnya adalah al-Husain bin Mansur, populer dipanggil dengan Abul Mughits, berasal dari penduduk Baidha’ Persia, lalu berkembang dewasa di Wasith dan Irak. Menurut catatan As-Sulamy, Al-Hallaj pernah berguru pada Al-Junaid al-Baghdady, Abul Husain an-Nury, Amr al-Makky, Abu Bakr al-Fuwathy dan guru-guru lainnya. Walau pun ia ditolak oleh sejumlah Sufi, namun ia diterima oleh para Sufi besar lainnya seperti Abul Abbad bin Atha’, Abu Abdullah Muhammad Khafif, Abul Qasim Al-Junaid, Ibrahim Nashru Abadzy. Mereka memuji dan membenarkan Al-Hallaj, bahkan mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya sebagai golongan ahli hakikat. Bahkan Muhammad bin Khafif berkomentar, “Al-Husain bin Manshur adalah seorang a’lim Rabbany.” Pada akhir hayatnya yang dramatis, Al-Hallaj dibunuh oleh penguasa dzalim ketika itu, di dekat gerbang Ath-Thaq, pada hari Selasa di bulan Dzul Qa’dah tahun 309 H. Kelak pada perkembangannya, teori-teori Tasawuf yang diungkapkan oleh Al-Hallaj, berkembang lebih jauh, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Araby, Al-Jiily, Ibnu Athaillah as-Sakandary, bahkan gurunya sendiri Al-Junaid punya Risalah semacam Surat-surat Sufi yang pandangan utuhnya sangat mirip dengan Al-Hallaj. Sayang Risalah tersebut tidak terpublikasi luas, sehingga, misalnya mazhab Sufi Al-Junaid tidak difahami secara komprehensif pula. Menurut Prof Dr. KH Said Aqiel Sirraj, “Kalau orang membaca Rasailul Junaid, pasti orang akan faham tentang pandangan Al-Hallaj.” Pandangan Al-Hallaj banyak dikafirkan oleh para Fuqaha’ yang biasanya hanya bicara soal halal dan haram. Sementara beberapa kalangan juga menilai, kesalahan Al-Hallaj, karena ia telah membuka rahasia Tuhan, yang seharusnya ditutupi. Kalimatnya yang sangat terkenal hingga saat ini, adalah “Ana al-Haq”, yang berarti, “Akulah Allah”. Tentu, pandangan demikian menjadi heboh. Apalagi jika ungkapan tersebut dipahami secara sepintas belaka, atau bahkan tidak dipahami sama sekali. Para teolog, khususnya Ibnu Taymiyah tentu mengkafirkan Al-Hallaj, dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Araby, dengan tuduhan keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau pantheisme. Padahal dalam seluruh pandangan Al-Hallaj tak satu pun kata atau kalimat yang menggunakan Wahdatul Wujud kesatuan wujud antara hamba dengan Khaliq. Wahdatul Wujud atau yang disebut pantheisme hanyalah penafsiran keliru secara filosufis atas wacana-wacana Al-Hallaj. Bahkan yang lebih benar adalah Wahdatusy Syuhud Kesatuan Penyaksian. Sebab yang manunggal itu adalah penyaksiannya, bukan DzatNya dengan dzat pengkritik yang kontra Al-Hallaj, menurut Kiai Abdul Ghafur, Sufi kontemporer dewasa ini, melihat hakikat hanya dari luar saja. Sedangkan Al-Hallaj melihatnya dari dalam. Sebagaimana Al-Ghazali melihat sebuah bangunan dari dalam dan dari luar, lalu menjelaskan isi dan bentuk bangunan itu kepada publik, sementara Ibnu Rusydi melihat bangunan hanya bentuk luarnya saja, dan menjelaskannya kepada publik pula. Tentu jauh berbeda kesimpulan Al-Ghazali dan Ibnu Rusydi. Setidak-tidaknya ada tiga keleompk besar dari kalangan Ulama, baik fuqaha’ maupun Sufi terhadap pandangan-pandangan Al-Hallaj ini. Mereka ada yang langsung kontra dan mengkafirkan; ada pula yang secara moderat tidak berkomentar; dan ada yang langsung menerima dan mendukungnya. Salah Satu syair yg kontroversi dri Al Hallaj Aku adalah Dia yang kucinta dan Dia yang kucinta adalah aku Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh. Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya, membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan baginya mahluk-Nya, dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku, sebagaimana anggur disatukan dengan air murni. Jika sesuatu menyentuh Engkau, ia meyentuhku pula, dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku. Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah tidak menyela-Nya, daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia, ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia, didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia, dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas. Di dalam kemuliaan tiada aku, atau Engkau atau kita, Aku, Kita, Engkau dan Dia seluruhnya menyatu Syeikh Siti Jenar Syekh Siti Jenar juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitiburit, Lemahbang, dan Lemah Abang adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo. Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, salat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll; 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan syariat’. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap hakekat’ dan bahkan ma’rifat’kepada Allah kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH. Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata SESAT’. Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar. Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas. Dan dalam ajarannya, Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia “Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya Shaad; 71-72”>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham Manunggaling Kawula Gusti’. Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar. Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain. Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Tingkir. Hamzah Al Fansuri Namanya adalah Hamzah al-Fansuri. Berdasarkan kata fansur yang menempel pada namanya ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari Fansur sebutan orang Arab terhadap Bandar Barus yang banyak menghasilkan kapur barus yang sekarang merupakan sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra Utara yang terletak antara Sibolga dan Singkel Aceh. Mengenai bahwa dia berasal dari barus ini disebutnya beberapa kali dalam kitabnya “Syair Jawi”. Di bidang keilmuan Syeikh telah mempelajari penulisan risalah tasawuf atau keagamaan yang demikian sistematis dan bersifat ilmiah. Sebelum karya-karya Syeikh muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari masalah-masalah agama, tasawuf dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis di dalam bahasa Arab atau Persia. Di bidang sastra Syeikh mempelopori pula penulisan puisi-puisi filosofis dan mistis bercorak Islam, kedalaman kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lan yang sezaman ataupun sesudahnya. Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 kebanyakan berada di bawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri. Di bidang kesusastraan pula Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a syair sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantung sangat populer dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20. Namun karena ajaran dan pemahaman filosofis beliau yang menganut Thariqah Qadiriyah yang berpaham wujudiah, beliau dan pengikutnya d anggp sesat oleh Syeikh Nuruddin Ar Raniri dan slruh pngkut dan karya2’a pun banyak di bakar habis oleh sultan-sultan. Sesungguhnya k 3 ulama sufi berbeda zaman itu punya banyak persamaan, yaitu rasa kecintaan yang teramat dalam kepada sang khalik, sehingga ajaran-ajaran beliau sungguh sangat sulit untuk di mengerti oleh mansia yang tingkat spiritualnya belum terlalu tinggi, sebagaimana dalam mencari tuhan itu perlu bimbingan dan pengtahuan yang lebih, Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll; 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Maka k 3 ulama tersebut telah mencapai tingkat hakekat bahkan ma’rifat, sedang kan kita manusia lainnya masih dalam tingkatan yang pertama yaitu Syariat. Ttpi d blik kmatian k 3 ulma sufi trsbt trsmpn unsr2 politik, d mn Al Hallaz yg d anggap sultan dpt mracuni pmkiran2 kaum muda, pdhl ktika itu sultan mrsa sngt tkot akan gejolak2 serta tknan trhdp pmrithan’a, begitu juga dengan syeikh siti jenar yang Dalam benak khalayak ramai, Siti Jenar dikenang sebagai patron wong cilik. Garis besar kisah hidupnya menggaris bawahi keterkaitan organisnya dengan lapis terendah masyarakat. Dalam versi kisahnya yang paling tersebar luas, Siti Jenar diceritakan sebagai seekor cacing tanah yang secara ajaib berubah menjadi manusia. Pengubahan ini terjadi karena sang cacing secara kebetulan menerima pengetahuan esoteris yang mengantarnya menuju Hakikat Sejati. Sekali menjadi manusia, dia yang semula cacing ini kemudian berani untuk membuka tabir Pengetahuan Makrifat ini kepada khalayak ramai. Barangkali anggapan bahwa penyampaian pengetahuan semacam itu akan dapat mengubah martabat “cacing-cacing” yang lain adalah kecemasan elite spiritual-politik di ibu negeri Demak. Namun sesungguh’a k 3 Ulama Sufi tersebut mempunyai karomah, penuh kontroversi, bagi para pengikut mereka adalah benar, dan tidak banyak juga yang mengecam dan mengatakan mereka “kafir” Note Catatan ini tanpa ada maksud apa-apa, hanya sebagai renungan bahwa dari segi agama pun terdapat perbedaan yang sudah ada dari zaman-zaman dahulu, hanya sekarang kita sebagai insan biasa yang harus bersikap dan menanggapi secara positif agar tidak terjerumus ke lembah kekafiran dan murtad. Wallahu alam Bissawab,,,
Naskahini masih bertulis tangan, terdiri dari 32 bagian ditambah beberapa lampiran, isinya antara lain pegantar tentang tarekat, zikir, lathifah ruh, lathifah sir, lathifah khafi, lathifah akhfa, lathifah nafs, lathifah qalb, ma’rifat, kasyf, nafy-istbat, hakekat dan lainnya, khususnya yang berkaitan dengan doktrin dan ritual dalam tarekat
- Inilah Amalan - amalan yang Bisa dilakukan umat muslim di Hari Tasyrik, Salah satunya perbanyak dzikir Puasa sunah yang dianjurkan adalah Puasa Arafah dan Tarwiyah. Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang dilaksanakan pada 8 Dzulhijah atau tahun ini jatuh pada 29 Juli 2020. Sementara puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah atau 30 Juli 2020. Namun ada pula hari dilarang berpuasa atau haram berpuasa yakni Hari Tasyrik. Hari Tasyrik adalah hari yang istimewa di mana umat muslim dilarang untuk berpuasa namun dianjurkan memperbanyak amalan seperti baca doa dan dzikir. Hari Tasyrik sendiri jatuh pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah setelah Idul Adha atau di tahun ini jatuh pada 11 1 Agustus 2020 hingga 3 Agustus 2020. Di Hari Tasyrik ada keistimewaan di dalamnya. Karena dijadikan Allah sebagai hari yang istimewa, maka Hari Tasyrik menjadi waktu yang istimewa untuk banyak berzikir dan berdoa. • Anita Kolopaking Buka Suara Setelah Diperiksa Kejaksaan Agung, Ini Pengakuan Pengacara Djoko Tjandra • Anies Baswedan Bocorkan Titik Paling Rawan Virus Corona di Jakarta, Bukan Pasar dan Tempat Hiburan • Terkuak Rekaman Detik-detik Polisi Pangkat Kombes Diduga Aniaya Keluarga Demi Wanita Lain dan Profil Mengacu hadits dari Abdullah bin Qath ra, Nambi Muhammad SAW bersabda "Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari qurban Idul Adha kemudian hari al-qarr," HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866. Yang dimaksud dengan hari 'al-qarr' adalah tanggal 11 Dzulhijjah, yang merupakan hari kedua setelah idul kurban. Keistimewaan lain hari tasyrik adalah adanya larangan berpuasa bagi seluruh umat Islam. Larangan ini muncul karena hari ini merupakan hari makan dan minum. Dalam hadits disebutkan, أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Dikatakanserangan Sultan Agung ke Batavia terkait dengan pengamal ajaran tasawuf, sebab di kalangan penganut Tariqat Akmaliyah yang bersifat esoteris tokoh Sultan Agung ditempatkan sebagai seorang guru (mursyid) kelima yang mewarisi silsilah Tariqat Akmaliyah dari Panembahan Senapati – Sultan Hadiwijaya – Ki Kebo Kenongo – Syaikh Siti
- Amalan ini diberi nama Dzikir Tarekat Sammaniyah. Ijazah ini diberikan langsung oleh Abah Guru Sekumpul. dimana manfaat membaca dzikir ini yaitu agar dapat mati dalam keadaan Husnul Khotimah dan masuk surga tanpa hisab. Berikut penjelasannya Zikir yang di amalkan/di baca setiap habis subuh/pagi hari dan kalo bisa pagi dan sore harii...jika sore hari tidak bisa maka pagi saja tidak apa apa.$ads={1}Amalan supaya mati husnul khotimah, dan masuk surga tanpa hisabYaituلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ lailahaillallah 166xاللهAllah 66XهُHuu 77X"Banyak sudah terbukti mati husnul khotimah, kan nyaman kalo udah di kubur kaga di siksa, kemudian apabila membuka mata di kubur, langsung ada di surga, kaga tau padang masyar, kaga tau di hisab,Kaga tau di timbang, kaga tau sirotol mustaqim."Ujar Abah Guru SekumpulBaca Juga Amalan Agar Bermimpi Rasulullah dan Sayyidah FatimahMari sama sama kita amalkan dengan seksama,dengan istoqomah semoga dengan berkah karomah abah guru sekumpul martapura kita mendapatkan ridho Allah ampunan dosa,Selamat dunia akhirat,Mendapat syafaat rasulullahﷺ di hari kiamat kelak,mati husnul khotimah, serta bisa masuk surga tanpa hisabAamiin......Demikian Artikel " Ijazah Dzikir Tarekat Sammaniyah oleh Abah Guru Sekumpul "Semoga BermanfaatWallahu a'lam BishowabAllahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -
Ilustrasizikir subuh. (Gambar: Istimewa) Dalam kitab Al-Bujarimi ‘ala Al-Khatib , Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi menyebutkan sebuah riwayat mengenai doa dan amalan agar diberi kekayaan yang melimpah oleh Allah. Doa ini dibaca antara shalat sunnah qabliyah Shubuh dan shalat Shubuh. Lafadz doanya sebagai berikut;
Zikir dan do’a dilakukan setiap hari. Zikir dan doa tersebut meliputi lâ ilâ ha illallâh 25000 xya Allâh 25000 xmembaca saalawat xsetelah ashar membaca hizib bahr imam al-Syadzili kemudian membaca 7 surat,membaca do’a birrul walidainmandi, memakai wewangian, dan melakasanakan shalat maghribmandi setiap shalat fardhu Tata Cara Baiat atau Tahkim Pengokohan dan Talqin Pemberian Pakaian Sufi 1. Mursyid memerintahkan sâlik untuk membersihkan diri dari hadats dan najis untuk melakukan persiapan menerima talqin dan menghadap tawajjuh menghadap kepada Allâh Swt.;2. Mursyid menanyakan kepada sâlik tentang penerimaan talqin dan tawajjuh dengan menggunakan washilah Rasûlullâh Saw.;3. Mursyid meletakkan tangan kanannya ke tangan kanan sâlik dan meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan sâlik, mursyid memegang ibu jari sâlik dengan jari-jari tangan mursyid; 4. Mursyid memerintahkan sâlik bertaubat dan membaca istighfâr, mursyid menuntun sâlik membacaأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ آمَنْتُ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى وَعَذَابِ الْقَبْرِ نَعِيْمِهِ وَسُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ وَالْبَعْثِ وَالْمِيْزَانِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّارِ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبَّا وَبِالْاِسْلَامِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَىْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا وَرَضِيْتُ بِكَ شَيْخًا وَوَاسِطَةِ اِلَى اللهِ تَعَالَى5. Kemudian mursyid berkata kami bermadzhab fiqih Syafi’iyah, bermadzhab aqidah Abi Hasan al-Asy’ari, Tarekat kita adalah Tarekat Alawiyah, Aqdu al-Yawaqit al-Jauhariyyah wa Samth al-Ain al-Dzahabi bi Dzikri al-Thariq al-Sadad al-Alawiyah, juz 2, halaman 147. Tata Cara Pemberian Khirqah Pakaian Sufi Jika mursyid menghendaki pemberian khirqah pakaian sufi kepada sâlik maka mursyid memerintahkan sâlik untuk Bersuci dan bertawadhu’;Membaca surat al-Fatihah;Mursyid memakaikan pakaian sufi dengan tujuan pemakaian tersebut sebagai pengganti penyematan dari Allâh Swt. dan Rasul-Nya;Kemudian mursyid menyebutkan penisbatan khirqah Mursyid berkata aku menyematkan pakaian ini kepadamu seperti aku menerimanya dari mursyidku al-Syaikh sampai pada akhir mursyid menginginkan menalqin zikir maka mursyid memerintahkan sâlik untuk duduk di depannya kemudian memerintahkannya memejamkan kedua mata dan menuntunnya membaca lâ ilâ ha illallâh surat al-Ikhlâs dan mu’awwidatain, dan membaca tahlil sampai diberi petunjuk berhenti oleh Allâh Swt. Semua bacaan itu pahalanya dihadiahkan kepada Nabi Muhammad Saw., para nabi, rasul, shalihin, dan seluruh orang muslim, Aqdu al-Yawaqit al-Jauhariyyah wa Samth al-Ain al-Dzahabi bi Dzikri al-Thariq al-Sadad al-Alawiyah, juz 2, halaman 147-148. Sumber
Padahari Senin ini di isi dengan amalan zikir fida‟ yang merupakan amalan pokok dari Majelis Zikir Asy-Syafaatul Kubro. Zikir Fida‟ yaitu bertahlil sebanyak 70.000 kali. Pada majelis zikir Asy- yang mana ajaran utama dari tarekat Qadiriyah adalah zikir dan kedudukan beliau dalam tarekat Qadiriyah merupakan seorang Mursyid. Ajaran dari
ArticlePDF AvailableAbstractp>Tarekat yang diyakini oleh para sufi sebagai jalan hidup, telah memasukkan nilai-nilai pendidikan jiwa di dalam mengaplikasikan amalannya. Pendidikan jiwa merupakan usaha secara bertahap untuk memperbaiki seseorang yang mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik, sehingga menjadi baik, dan akan terbuka pintu kebaikan dan kebenaran serta mudah menerima hikmah dari Allah swt. Pendidikan jiwa ditanamkan melalui berbagai aktifitas, sebagaimana amaliyah yang dilakukan oleh Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah , seperti bai’at, rabi>t}ah, z}ikir, manakiban dan suluk . Dengan berbagai bentuk amalan tersebut diharapkan dapat mencapai kebahagian hidup yang hakiki dunia dan akhirat. Nilai pendidikan jiwa dapat berbentuk tazkiyatu al nafs, taqarrub ila> Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h. Dan terbukti bahwa amaliyah Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah menghasilkan ketenangan jiwa bagi pengikutnya, terhindar dari sifat iri dan dengki serta mampu mengontrol diri dari perbuatan muraqqabah dan suluk. Melakukan amalan tarekat berarti melakukan proses pendidikan jiwa. Langkah-langkah yang dilalui dalam mengamalkan tarekat adalah tazkiyatu al nafs, taqarrub ila> All a>h dan ma’rifat bi Alla>h. Terbukti bahwa jama’ah masjid Babul Muttaqin yang telah menjadi anggota tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah jiwanya menjadi tenang, terhindar dari sifat iri dan dengki serta mampu mengontrol diri dari perbuatan kunci tarekat, proses, pendidikan, jiwa. Marwan Salahudin, Binti Arkumi66Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Abstractis article describes the practice of Qadiriyah Naqsyabandiyah as a process of soul education. Education of the soul gradually attempts to correct someone having a tendency to do incorrect thing into the correct ones. rough the process of education, the soul will be open to receive goodness and truth, as well as easy to receive wisdom from Allah Swt. e congregation practice is actually a part of the process form of the soul education, because it contains some readings of z}ikir showing Oneness and glorify of Allah as the Lord of the universe. e practice of the congregation done using methods that touches the human’s deepest soul, namely bai’at, rabi>t}ah, muraqqabah and suluk. Doing the practice of the congregation means the process of education of the soul. e steps followed in practice congregation include tazkiyah al nafs, taqarrub ila> Alla>h and ma’rifat bi Alla>h. It is evident that mosque congregations of Babul Muttaqin belonging to a member of Qadiriyah and Naqsyabandiyah, their soul became calm, the jealousy will be avoided and they will be able to control themselves from negative words Tarekat, Process, Soul proses modernisasi seringkali mengagungkan nilai-nilai yang bersifat materi mengabaikan unsur-unsur spiritualitas. Benturan nilai-nilai materi dan unsur-unsur rohani dalam alam modern, secara tidak langsung memberi gambaran bagi sikap hidup suatu komunitas pada zaman yang suka mengagung-agungkan materi. Akibatnya akan membawa kepada kegersangan jiwa bahkan mematikan hati. Sebagaimana analisis yang dilakukan oleh Ahmad Mubarok tentang ganguan-ganguan kejiwaan yang dialami oleh manusia-manusia modern, diantaranya; 1 kecemasan karena hilangnya orientasi hidup the meaning of life, 2 kesepian karena hubungan/relasi interpersonal yang dibangun jauh dari ketulusan, 3 kebosanan hidup dalam kepalsuan dan kepura-puraan, 4 perilaku menyimpang, 5 psikosomatik. Timbulnya ganguan sik disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial Ahmad Mubarok, 2000, hal. 1.Pola hidup yang demikian ini memang tidak bisa terlepas dari takdir terhadap manusia yang diciptakan terdiri dari dua unsur; jasmani dan rohani. Ketika manusia mengalami kedewasaan berkir, maka dari kedua unsur tersebut muncul berbagai keinginan, terkadang diantara keinginan tersebut timbul pertentangan satu sama lain. Keinginan rohani mengajak manusia untuk selalu melangkah ke hal-hal yang sifatnya positif dan perbuatan yang baik. Sebaliknya keinginan jasmani mengajak manusia ke hal-hal yang hanya bersifat duniawi, akibatnya sering terjadi benturan-benturan. Untuk itu jika manusia ingin mengendalikan benturan yang saling Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa67 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016bertolak belakang itu, maka ia harus berusaha mengatur dan mendidik jiwanya Edi Sugianto, 2014, hal. 2.Tarekat yang diyakini oleh para su sebagai jalan hidup, telah memasukkan nilai-nilai pendidikan jiwa di dalam mengaplikasikan amalannya. Dalam tarekat mursyid berperan sebagai pendidik, pengikutnya berperan sebagai peserta didik, dan amalan tarekat merupakan materi pelajarannya. Pada hakekatnya pendidikan dalam tarekat adalah pendidikan rohani Para ahli tarekat berkeyakinan, bahwa hakekat manusia adalah rohaninya, sehingga apa yang dilakukan oleh anggota tubuhnya adalah atas perintah rohaninya. Jika rohaninya jahat maka jeleklah perbuatan yang dilakukan, demikian sebaliknya. Dengan demikian maka mendidik rohani berarti telah mendidik hakikat manusia, dan akan berdampak pada seluruh totalitas kemanusiannya Kharisudin Aqib, 1998, hal. 154.Banyak tarekat yang berkembang di Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Salah satunya adalah tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah. Tarekat ini merupakan penggabungan univikasi inti ajaran dari dua tarekat besar; tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyyah. Tarekat ini didirikan oleh syekh besar masjid al-Haram di Makkah, bernama Ahmad Khatib ibn Abd. Ghaar al-Sambasi al-Jawi w. 1878 M. Beliau adalah seorang ulama’ besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Para murid yang belajar kepada beliau, telah mengembangkan ajarannya sampai di tanah air khususnya di tanah Jawa. Di Masjid Babul Muttaqin Desa Kradenan Jetis Ponorogo adalah salah satu tempat berkembangnya tarekat ini. Para pengikutnya tidak hanya berasal dari desa itu saja, tetapi juga berasal dari desa-desa lain di sekitarnya. Tarekat ini pada mulanya dipimpin oleh seorang kyai bernama yang setelah meninggal dunia, digantikan oleh puteranya bernama K. Imam tarekat itu umumnya bertujuan untuk tazqiyat al-nafs penyucian jiwa. Diantaranya adalah z}ikir yaitu mengingat Allah dengan membaca kalimat-kalimat t{ayyibah, bai’at yaitu janji seorang murid tarekat kepada mursyid guru untuk menjalankan amalan-amalan dalam tarekat, rabi>t{ah yaitu mengingat mursyid atau prosesi pembai’atan ketika z}ikir, muraqabah atau kontempelasi yaitu duduk tafakur mengheningkan cipta dengan penuh kesungguhan hati seolah-olah berhadapan dengan Allah dan manaqiban yaitu membaca silsilah Abdul Qadir Jailani secara berjamaah dan dilagukan. Karena ajaran z}ikir dalam tarekat ini selain bernilai ukhrawi, juga bermanfaat untuk menghindarkan diri dari merebaknya berbagai macam gejala penyakit psikosomatik yang banyak menimpa masyarakat modern, maka z}ikir juga berfungsi sebagai metode psikoterapi. Dengan banyak melakukan z}ikir, jiwa akan menjadi tentram, tenang dan damai, serta tidak mudah terombang-ambing oleh pengaruh negatif lingkungan dan budaya global. Berawal dari sinilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana sebuah amalan tarekat menjadi sarana pendidikan jiwa supaya manusia memperoleh kehidupan yang tenang dan damai. Hal ini penting karena berbagai perubahan yang terjadi di mayarakat dewasa ini akibat perkembangan ilmu Marwan Salahudin, Binti Arkumi68Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016pengetahuan dan teknologi serta derasnya arus globalisasi manusia membutuhkan pegangan agar jiwanya tetap tenteram, tenang dan damai namun dapat tetap mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tidak larut dalam berbagai pengaruh globalisasi. Obyek penelitian ini adalah sebuah pusat kegiatan tarekat yakni Masjid Babul Muttaqin desa Kradenan Jetis dalam penelitian ini difokuskan pada proses pendidikan jiwa dengan sarana amaliyah tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah? Dengan pendekatan naturalistik dan teknik observasi partisipan serta wawancara mendalam, peneliti telah mengumpulkan data untuk menggali masalah-masalah di atas. Dari data yang telah dikumpulan dianalisis dengan alur pengumpulan data, reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan sebagaimana teori Miles dan Huberman dan hasilnya secara ringkas disajikan dalam artikel Jiwa Pendidikan merupakan sebuah aktitas, yakni upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap dan ketrampilan hidup, baik yang bersifat manual petunjuk praktis maupun mental dan social Mujtahid, 2011, hal. 19. Dalam bahasa Arab pendidikan bisa berasal dari asal kata tarbiyah rabba, yarubbu, tarbiyatan, yang berarti usaha sadar untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya Mujtahid, 2011, hal. 3. Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha itu dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai atau norma-norma dan mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupannya Djumberansah Indar, 1994, hal. 16.Kata jiwa berasal dalam bahasa Sansekerta jiva yang artinya benih kehidupan. Dalam pandangan lsafat, jiwa diartikan sebagai bagian yang bukan jasmaniah immaterial dari seseorang Albertus Aditya, 2014, hal. 1. Dalam perkembangan selanjutnya penggunakaan istilah jiwa sering disamakan sinonim dengan pikiran, ruh, akal dan nafs. Harun Nasution, menyamakan antara jiwa dengan ruh. Menurutnya, jiwa manusia dibagi menjadi tiga yaitu pertama jiwa tumbuh-tumbuhan yang hanya mempunyai daya makan, tumbuh, dan berkembang biak. Kedua, jiwa binatang yang selain berjiwa seperti tumbuh-tumbuhan juga mempunyai daya bergerak dan menangkap. Ketiga, jiwa manusia dengan dua daya yaitu daya praktis yang hubungannya dengan badan, dan daya teoritis yang mampu berkir tentang hal-hal abstrak seperti wujud Tuhan Harun Nasution, 2004, hal. 8.Dengan perantaraan jiwa, manusia memperoleh pengetahuan. Harun Nasution membagi pengetahuan menjadi dua pengetahuan pancaindera yaitu sesuatu yang hanya dilihat dari sifat lahir tampak saja, dan pengetahuan akal yaitu Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa69 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016mengenai hakikat sesuatu yang hanya dapat diperoleh dengan cara melepaskan diri dari sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia. Itu dilakukan dengan cara meninggalkan hal-hal yang sifatnya duniawi zuhud dan berkir serta berkontemplasi untuk mendekatkan diri kepada Allah Harun Nasution, 2004, hal. 9. Ada tiga sifat jiwa yang disebutkan dalam Al Qur’an, yaitu 1 selalu mengajak berbuat jelek karena dikuasai nafsu Al Qur’an, 1253, 2 sifat menyesal, yakni menyesal karena perbuatan maksiyatnya atau tidak berbuat baik lebih banyak Al Qur’an, 752 dan 3 sifat tenang Al Qur’an, 8927-30.Adapun yang dimaksud dengan pendidikan jiwa dalam penelitian ini adalah usaha secara bertahap untuk memperbaiki jiwa seseorang atau sekelompok orang yang sifatnya mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik atau kurang benar, dengan melalui upaya pembiasaan dan pelatihan diharapkan dapat memperbaikinya, sehingga menjadi baik atau benar. Usaha tersebut dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan jiwa masing-masing orang atau sekelompok orang. Melalui proses pendidikan, jiwa mereka akan terbuka pada pintu-pintu kebaikan dan kebenaran, serta mudah menerima hikmah dari Allah Swt. Karena itu proses pendidikan jiwa dapat dilakukan melalui amaliyah praktek tarekat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian berbagai bentuk amalan tarekat dapat dijadikan sarana untuk mendidik jiwa agar mencapai ketenangan hidup yang hakiki dunia dan akhirat. Proses itu dapat menggunakan berbagai tahapan seperti berikutPertama, Tazkiyat al-nafs, yaitu suatu upaya menciptakan kondisi jiwa agar merasa tenang, tentram dan senang dalam beribadah kepada Allah, dengan cara menyucikan diri dari semua kotoran dan penyakit jiwa. Menurut Ahmad Mubarok ada bermacam-macam penyakit jiwa dan penyakit hati. Penyakit jiwa itu antara lain a Kecemasan, karena hilangnya orientasi hidup the meaning of life. b Kesepian, karena hubungan/relasi interpersonal yang dibangun jauh dari ketulusan. c Kebosanan, karena hidup dalam kepalsuan dan kepura-puraan. d Perilaku menyimpang hingga menjurus ke tindakan kriminal. e Psikosomatik, yaitu ganguan sik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial Ahmad Mubarok, 20001. Sedangakan penyakit hati antara lain a Iri hati, yaitu suatu sifat yang tidak senang akan rizki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. b Dengki, adalah suatu sikap yang tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. c Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar marah dengan tujuan agar dapat memecah belah tali persaudaraan sehingga timbul permusuhan dan kebencian antar sesama. d Fitnah adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat. e Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas, dan f Khianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mengingkari kepercayaan yang Marwan Salahudin, Binti Arkumi70Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016telah dilimpahkan kepadanya. Proses tazkiyat al-nafs ini dilakukan dengan cara berzikir mengingat Allah secara terus menerus. Jika jiwa seseorang telah suci maka akan mudah dilatih dan dididik untuk menerima pengetahuan apapun, terutama pengetahuan tentang taqarrub ila> Alla>h atau mendekatkan diri kepada Allah merupakan nilai utama pendidikan jiwa dalam tarekat. Dalam amalan sebuah tarekat kegiatan ini dilakukan dengan cara muraqabah, khalwat dan rabit}ah. Muraqabah adalah duduk tafakur atau mengheningkan cipta dengan penuh kesungguhan lat{{ah”. Ia merupakan amalan khas yang mesti ada dalam setiap tarekat. Yang dimaksud z}ikir dalam suatu tarekat adalah mengingat dan menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun secara batin Kharisudin Aqib, 199836. Pendapat lain mengatakan bahwa zikir adalah menyebut asma Allah Swt dengan ungkapan-ungkapan seperti membaca tasbih subh{ah, tahmid alh{amdu lillah Akbar, dan tahlil laha illa Alla>h Asep Usman Ismail, 1993, hal. 319. Selain itu, membaca al-Quran dan doa-doa yang bersumber dari kitab suci termasuk pula dalam pengertian z}ikir. Bacaan kalimah-kalimah tersebut dilakukan berulang-ulang dengan hitungan tertentu dengan tujuan untuk mencapai kesadaran diri akan Tuhan Allah secara permanen Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 80. Sedangkan tujuan lainnya menurut Kharisudin, z}ikir diyakini sebagai materi yang paling sesuai untuk membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan penyakit-penyakitnya Kharisudin Aqib, 1998, hal. 37. Dengan melakukan z}ikir secara sungguh-sungguh dan memusatkan pikiran hanya kepada kalimah Allah yang sedang dibacanya, maka segala nafsu dan amarah akan sirna. Bentuk z}ikir ada dua macam, yakni z}ikir yang diucapkan dengan lisan z}ikir jahr dan zikir yang diingat dalam qalbu z}ikir kha Asep Usman Ismail 1993319. Dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, z}ikir adalah aktitas lidah lisan maupun hati batin untuk menyebut dan mengingat asma Allah baik dalam bentuk kalimat la> il>h maupun ism zat Allah,Allah,… dan penyebutan tersebut telah dibai’atkan atau ditalqinkan oleh seorang mursyid yang muttasil fayd sambung sanad dan berkahnya Kharisudin Aqib, 1998, hal. 80. Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa73 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Dalam ajaran tarekat ini terdapat dua jenis zikir yaitu z}ikir na ithba>t dengan menyebut la> ila>ha illa Alla>h tidak ada Tuhan selain Allah dan z}ikir ism z}a>t dengan menyebut nama z}at itu sendiri yaitu Allah, Allah….. z}ikir na ithba>t diamalkan secara jahr bersuara dan merupakan ciri khas tarekat Qadiriyah sedangkan z}ikir ism z}a>t diamalkan secara sirr atau kha dalam hati, dan merupakan ciri khas tarekat Naqsabandiyah. Dalam ajaran tarekat ini kedua jenis z}ikir tersebut dibai’atkan sekaligus oleh mursyid pada bai’at pertama bacaan z}ikir yang diamalkan pengikut tarekat di Desa Kradenan Jetis Ponorogo adalah 1 Membaca istighfa>r, kemudian rabi>t}ah sebentar; 2 Membaca la Alla>h 165 kali; 3 Membaca s}ala>wat munjiyat; 4 Membaca surah al fa>tihah dihadiahkan kepada Nabi Muhammad Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Junaidi dan kepada semua orang-orang muslim; 5 Membaca surat al-ikhlas 3 kali, lalu rabi>t}ah disertai z}ikir dalam hati dan membaca doa Observasi, 2015. Z}ikir ini dibaca bersama setiap hari Selasa di masjid Babul Muttaqinb desa Kradenan Jetis, selesai salat Z}uhur berjama’ah, dan selanjutnya dibaca sendiri-sendiri setiap hari di rumah masing-masing. Pengamalannya dalam bentuk z}ikir jahr na ithbat dan dhikir lat{ah merupakan merupakan tujuan akhir seorang pengikut tarekat. Seseorang yang sudah mencapai derajat ini merasa akan menemukan kebahagian yang hakiki. Pada tingkat ini berarti jiwa akan tenang dan tenteram. Untuk mencapai tingkat ini ia harus menempuh suatu proses pendidikan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu bai’at, rabit}ah, muraqqabah dan suluk, dengan materi pendidikan yang dinamakan zikir dan manakib. Di Masjid Babul Muttaqin Desa Kradenan Jetis Ponorogo proses tersebut dilaksanakan seperti berikutPertama, bagi pengikut baru akan dilakukan pembaiatan. Dalam proses pembaiatan ini, anggota maupun mursyid sama-sama dalam keadaan suci, pikiran tenang hati ikhlas. Pada saat itu mursyid menyampaikan materi lafaz-lafaz z}ikir yang ditirukan oleh pengikut. Mereka diminta untuk memejamkan mata dan membayangkan prosesi pembai’atan yang sedang dialami. Proses ini yang disebut rabi Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h, para pengikut tarekat harus melakukan z}ikir sebanyak-banyaknya. Proses pengamalan z}ikir inilah bentuk pendidikan jiwa. Para jamaah mengucapkan lafal “la Alla>h” , dengan mata terpejam dan gerakan mereka seperti orang yang menggeleng-nggelengkan kepala, mereka sedang menggambarkan gerakan secara simbolik, yaitu ketika mengucapkan kalimat “la Alla>h” ke lubuk hati yang ada di dada kiri, dengan sekuat-kuatnya. Gerakan simbolik ini dimaksudkan agar lebih menggetarkan hati sanubari, dan membakar nafsu-nafsu jahat yang dikendalikan oleh syetan. Gerakan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa75 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016PenjelasanPusat C. Dada kananA. Otak D. Dada kiri B. Gerakan simbolik tersebut dimaksudkan, agar semua lat{ih dilukiskan dengan hati yang hidup, sementara hati yang lalai mengingat Allah meskipun lisannya sering menyebut asma Allah dengan membaca tasbih, tahmid, takbir dan tahlil digambarkan dengan hati yang mati. Karena bacaannya masih sebatas lisan belum menembus hati yang paling dalam. Hati yang mati akan mudah terjangkit penyakit-penyakit hati seperti nifaq, iri dan dengki. Oleh karena itu dengan dihidupkannya hati seseorang dan dilatih secara rutin untuk selalu mengingat Allah, maka dia akan terhindar dari macam-macam penyakit hati. Mampu melakukan kontrol diri dari perbuatan negatifKrisis moral yang paling utama melanda diri manusia secara umum sebenarnya adalah kurangnya kepercayaan akan pengawasan Allah pada perbuatan manusia. Kondisi ini menyebabkan manusia lepas kontrol dan berbuat seenaknya tanpa rasa bersalah, karena yang menjadi ukuran mereka adalah selama tidak ada orang lain yang tahu, mereka menganggap perbuatan mereka aman. Karena itu di saat muraqabah, mursyid tarekat mengajarkan kepada jamaahnya akan kehadiran Allah dan selalu mengawasinya di manapun manusia berada. Dengan metode ini jiwa manusia dibiasakan untuk ikhlas ketika berbuat baik kepada sesama manusia Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa77 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016dan semata-mata karena Allah bukan atas dorongan pujian. Begitu pula sebaliknya jika ada dorongan dalam jiwanya untuk berbuat buruk negatif baik dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, mereka dapat mengontrol dirinya dari perbuatan buruk tersebut, karena di dalam jiwanya sudah tertanam pembahasan tentang amalan tarekat sebagai proses pendidikan jiwa sebagaimana diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jiwa merupakan usaha secara bertahap untuk memperbaiki pribadi seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik atau kurang benar, melalui upaya pembiasaan dan pelatihan, dengan harapan agar dapat memperbaikinya, sehingga menjadi baik atau benar. Usaha tersebut dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan jiwa masing-masing orang atau sekelompok orang. Proses pendidikan jiwa dapat dilakukan melalui amalan tarekat dengan tiga tahap tazkiyah al nafs, taqarrub ila> Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h. Pelaksanaan amalan tarekat menggunakan metode b ai’a >t, rabit}a>h, muraqqabah dan sulu>k, sedangkan materi yang digunakan untuk mencapai tujuan, yakni mencapai derajat ma’rifat bi Alla>h adalah bacaan z}ikir, kemudian untuk membentuk akhlak mulia dibaca tarekat di Majid Babul Muttaqin, Kradenan Jetis Ponorogo dimulai dengan malakukan bai’at dan talqi>n bacaan z}ikir, dan prosesi rabi>t}ah. Muraqqabah dilakukan dengan membaca kalimat z}ikir la> ila>ha illa> Alla>h sebanyak-banyaknya agar mampu mencapai derajat ma’rifat bi Alla>h. Manaqib dilakukan sebulan sekali untuk menghormati mursyid pendiri tarekat ini. Hasil pendidikan jiwayang dicapai oleh para pengikut tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah jiwa menjadi tenang, dapat terhindar dari penyakit hati seperti iri dan dengki dan dapat melakukan kontrol diri dari perbuatan negative. Marwan Salahudin, Binti Arkumi78Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016ReferensiAbdul, Munawir, Fatah. 2011. Tradisi orang-orang NU, Yogyakarta Pustaka Pesantren, Aditiya, Albertus. 2014, Oktober 16 . Jiwa, dalam Admin Dzikrullah. 2015, Maret 25. Manaqib Syekh Qadirun Yahya, dalam http//dzikrullah– Kharisudin. 1997. Al-Hikmah. Surabaya Dunia Ilmu,Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. 1989. Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam, Jakarta Syamsul, 2009. e Power of Tasawuf Reiki, Yogyakarta Pustaka Martin Van. 1998. Tarekat Naqsabandiyah di Indoneseia, Bandung Mizan. Buseri, Kamrani. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer, Yogyakarta UII Ahmad. 1983. Allah dan Manusia, Jakarta Ahmad. 2012. Tazkiyatun Nafs, Jakarta Ummul Fisieri. 2011. Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, Yogyakarta Pustaka Fathullah. 2001. Kunci-kunci Rahasia Su, Jakarta Raja Grando persadaHadi, Sofyan. 2014 Oktober 17. Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah di Minangkabau, dalam Hadi, Syahrul. 2014 Oktober 17. Konsep Nafs dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab Solusi Qur’ani dalam Membentuk Karakter, dalam Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jakarta Raja Grando Abdul, Al-Balali. 2003. Madrasah Pendidikan Jiwa, Jakarta Gema Insani Press. Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa79 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Huda, Sokhi. 2010. Model Pendidikan Tasawuf Walisanga, Perspektif Teori-teori Pendidikan, dalam Tsaqafah, Jurnal Peradaban Islam, 6 2, Isid Gontor M Djumberansyah. 1994. Filsafat Pendidikan, Surabaya Karya Anda. Ismail, Asep Usman. 1993. Ensiklopedi Islam Vol III, “Tasawuf ”, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet Arief B Ed. 2010. Majmu’ah Rasa’il al Imam al Ghazali 9 Risalah al Ghazali, Terj. Irwan Kurniawan, Bandung Pustaka Hidayah, Jalaluddin. 1987. Sinar Keemasan, Jilid I. Ujung Pandang PPTI. Khaled, Syekh Bentounes, 2003. Tasawuf Jantung Islam, Yogyakarta Pustaka Su.Labib, Mz. 2001. Samudra Ma’rifat, Surabaya Tiga Laily. 1996. Para Su, Jakarta Raja Grando Ahmad. 2000. Jiwa dalam al-Qur’an. Jakarta 2011. Reformasi Pendidikan Islam, Malang UIN-Maliki Syaq A. 2001. Nilai-nilai Islam, Yogyakarta Pustaka 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai Bandung Harun. 2004. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta Bulan Ted, 2006. Muzaar Iqbal, yed Nomanul Haq Eds. Tuhan, Alam, Manusia, Perspektif Sains dan Agama, Bandung Mizan Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam, Jakarta A Fuad. 1994. Hakekat Tarekat Naqsabandiyah, Jakarta Pustaka 2013. Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut, Jakarta Praninta Edi. 2014, November 25. Tips Mendidik Jiwa, dalam 2011/ Susanto, Faisal Bahar. 2014 Oktober 17. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah TQN Tinjauan Historis dan Edukatif Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Desa Balak, dalam Mihmidaty. 2012. Pendidikan Tasawuf dan Aplikasinya, Surabaya IAIN Sunan Ampel Press. ... There are two kinds, namely jahr or loud, by saying Lā ilāha illā Allāh, and khafy, meaning noiseless, performed by reciting ism dzāt Allah, Allah, etc. in the heart. Dhikr is only legitimate if it has been talqin/berkah or blessed by the Murshid teacher Marwa Salahudin & Arkuni, 2016. • The symbolic meaning of dhikr is that the nature of every work is part of remembering Allah, and remembrance is a pleasure because the mortality of life is felt. ...... There are two kinds of dhikr, which are jahr or loud, performed by reciting Lā ilāha illā Allāh, and khafy, which is of the heart and done soundlessly by reciting the ism dzāt, such as Allah, Allah, etc. However, the TQN dhikr is only legal if it has been recited by the Murshid teacher Marwa Salahudin & Arkuni, 2016. ... Munawar RahmatM. Wildan YahyaThe students of Indonesia University of Education UPI and Bandung Islamic University UNISBA typically practice religion as it was received from their parents and socio-religious environment. They Salat, which is the main prayer of Islam, simply abort their obligations, and after praying, immediately leave their prayer mats without making dhikr or remembering God first. Furthermore, they do not understand khushu` Salat, which involves remembering God throughout the prayer, along with the meaning of dhikr, and the importance of a Murshid, which is the Grand Shaykh of Sufi Order. They also view Sufism as non-Islamic teaching and are cynical about the practitioners. Therefore, this study aims to examine the effectiveness of the Sufistic learning model in Islamic Religious Education to improve students’ understanding of these teachings in a substantive and tolerant manner. This research used an R&D approach, and the stage that was performed involved the preparation of a draft model and associated trials. Meanwhile, the learning used the madhhab typology approach of the Sufi and Shari`a Islamic models. The trial results showed that the Sufistic approach was effective in increasing students’ understanding of Islamic teachings in a substantive and tolerant manner. Before learning, students were unaware of Sufi Islam and viewed it as a foreign influence. Also, they did not understand khushu` prayers, comprehend the importance of dhikr, nor that of learning from Murshid. After learning, they understood Sufism, accepted the teachings and did not consider them to be foreign influences, and also recognized Islam in a substantive and tolerant manner. Therefore, the Sufism approach is improving the quality of religion and tolerance of students, with the implication that the model is an alternative in learning Islamic education at This study aims to examine the effectiveness of the Sufistic learning model in Islamic Religious Education to improve students’ understanding of Islamic teachings in a substantive and tolerant A research and development R&D approach, which was performed in the preparation of a draft model and associated trials, was used. Meanwhile, the learning employed the madhhab typology approach of the Sufi and Shari`a Islamic The trial results showed that the Sufistic approach in Islamic Education was effective in increasing students’ understanding of Islamic teachings in a substantive and tolerant manner. Before learning, students unfamiliar with Sufi Islam, saw it as a foreign influence, and did not understand khushu` Salat, which involves remembering God throughout the prayer. Also, they considered dhikr, which means to remember God, and learning from Murshid as unimportant. However, they understood Sufism, accepted it as Islamic teachings and not foreign influences, and recognized the religion in a substantive and tolerant manner after the learning The Sufism approach in Islamic Education has succeeded in improving the quality of religion and tolerance of students.... Amalan zikir dalam tarekat ini bukan sahaja memberi kesan dari sudut ukhrawi, bahkan turut berperanan sebagai benteng yang ampuh daripada penyakit psikosomatik serta medium psikoterapi. 47 Bai'ah atau ijazah yang diterima oleh sebahagian besar penuntut ilmu di madarasah Pulau Besar daripada Syeikh Ismail sudah pastinya secara tidak langsung telah disebarkan dan diamalkan oleh penduduk setempat. Keperibadian Syeikh Abdul Qadir yang unggul secara tidak langsung turut menyumbang kepada perkembangan tarekat ini dalam dunia Islam termasuklah di rantau nusantara. ... Khairul Azhar MeeranganiPulau Besar merupakan salah sebuah lokasi tumpuan di Melaka yang banyak dikaitkan dengan kisah mistik dan lagenda. Para pelancong dari dalam dan luar negara sering melawati pulau ini atas pelbagai tujuan dan keperluan. Meskipun lebih masyhur dengan kisah-kisah mistik, pulau ini sebenarnya merupakan antara lokasi utama penyebaran dan perkembangan agama Islam di Melaka suatu ketika dahulu. Kehadiran para ulama tasawuf dari benua Arab seperti Syeikh Ismail dan Syeikh Yusuf ternyata telah berjaya mengubah pegangan dan anutan agama masyarakat setempat. Kajian ini bertujuan mengkaji peranan dan sumbangan yang dimainkan oleh para ulama tasawuf dalam aktiviti penyebaran dan perkembangan Islam di Pulau Besar, Melaka. Fakta sejarah diperoleh daripada sumber primer dan sumber sekunder yang seterusnya dianalisis secara induktif bagi merumuskan peranan mereka menyebarkan Islam dalam kalangan masyarakat tempatan. Keunikan dakwah yang disampaikan telah menarik minat penduduk tempatan untuk mempelajari seterusnya menganuti ajaran Islam. Pembinaan madrasah di Pulau Besar oleh mereka telah menjadikan pulau ini sebagai antara lokasi tumpuan pengajian dan penyebaran Islam di Nusantara. Madrasah ini juga telah melahirkan beberapa tokoh terkemuka dalam dakwah Islam seperti Sunan Giri dan Sunan Bonang yang akhirnya telah meneruskan usaha dakwah ini ke seluruh Nusantara. Ternyata, para ulama tasawuf ini telah memainkan peranan yang cukup signifikan dalam penyebaran Islam di Melaka khususnya dan juga seluruh Nusantara Naqsyabandiyyah is a popular tariqa in Indonesia. The tariqa became a sufistic communication medium between humans and God. This article aims to identify the sufistic transcendental communication paradigm in religious activity. Transcendental communication is communication between humans and gods with a Sufistic approach. From a sufism perspective, the tariqa is a massive activity in Indonesian Islam. Sufism desires the cleanliness of the human heart qalb and mind aql in serving Allah. Human servitude to Allah is a feature of sufistic communication that prioritizes total awareness and obedience. Sufistic and transcendental communication have the same dimension and concept ubudiyah worship. One form of the massive sufism movement in the world is the Qadiriyyah Naqsyabandiyyah. This tariqa becomes a testament for humans to communicate with Allah through zikr. This type of research is qualitative. Qualitative research explains descriptively and comprehensively the paradigm of sufistic communication in the Qadiriyah Naqsyabandiyya tariqa. Data is obtained through text documentation that presents papers in scientific journals that raise the theme of sufistic communication, sufism, and tariqa. Data analysis of this study used descriptive analysis. The results of this study show that the tariqa prioritizes vertical communication with Allah. Aql and qalb became the basis of sufistic communication. Thus, zikr and prayer practiced in the tariqa with murshid’s guidance bring people closer to profiles among a convenience sample of 37 Malay Muslim participants of Inabah program were measured using the Psychological Measure of Islamic Religiousness PMIR. Data were analysed using SPSS Positive relations with others emerged as the best-scored subscale whereas anger trait and depressed mood were minimal. Single and divorced respondents demonstrated significantly higher score for purpose in life. More favorable social desirability was reported by participants with no previous treatment. Less anger and depression were expressed by those not detained before. Essentially, psychosocial status of persons with substance use disorder undergoing Inabah program was moderate with some influences of sociodemographic factors. Sokhi HudaKidung Walisanga is a collection of Indonesian cultural heritage famous with Dhandang Gendis/Dhandang Gula. Dhandang ghendis Kidung Artati was authored by Walisanga as a medium of education and Islamic call that emphasizes the cultural basis of people as the objects. This is a kind of tasawuf education that consists of three elements 1 concept of human being life journey, 2 journey to a perfect life, and 3 achieved result. The first two elements are got by mediation medium to utilize a pure energy in reaching a psychological effect, a purified sole and peaceful heart. While the third, emphasizes on pragmatic uses such as self protection from dangers and possessing supernatural heirloom. From linguistic perspective, kidung emphasizes on sanepan metaphor style. While from art perspective, it has a creative, individualization, and harmonization elements. From philosophical perspective, it has axiological values emphasizing pragmatic uses in the world. Beside all of that, there is an important element of tasawuf which is not included in kidung, guide role. Kidung, finally, is walisanga’s cultural approach model in education and Islamic call which is primarily based on community cultural basis, thus, kidung nuance shows a style fcultural Syekh Qadirun YahyaAdmin DzikrullahAdmin Dzikrullah. 2015, Maret 25. Manaqib Syekh Qadirun Yahya, dalam http// AqibAqib, Kharisudin. 1997. Al-Hikmah. Surabaya Dunia Ilmu,Atabik AliAhmad Dan MuhdlorZuhdiAli, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. 1989. Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Power of Tasawuf ReikiSyamsul BakriBakri, Syamsul, 2009. The Power of Tasawuf Reiki, Yogyakarta Pustaka Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis KontemporerKamrani BuseriBuseri, Kamrani. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer, Yogyakarta UII Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta WijayaFisieri FrondiziFrondizi, Fisieri. 2011. Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, Yogyakarta Pustaka Rahasia Sufi, Jakarta Raja Grafindo persadaFathullah GulenGulen, Fathullah. 2001. Kunci-kunci Rahasia Sufi, Jakarta Raja Grafindo persadaDasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jakarta Raja Grafindo PersadaIbnu HajarHajar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jakarta Raja Grafindo HamidHamid, Abdul, Al-Balali. 2003. Madrasah Pendidikan Jiwa, Jakarta Gema Insani Press. Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016
MakalahAkhlak Tasawuf: Tarekat. BAB I. PEMBUKAAN. A. Latar Belakang. Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf. Namun tak semua orang yang mempelajari tasawuf terlebih lagi belum mengenal tasawuf akan faham sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang memandang tarekat secara sekilas akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan
Ada beberapa amalan utama yang bisa diamalkan di hari tasyriq. Di antaranya, kita masih diperintahkan untuk memperbanyak dzikir semisal Ta’ala berfirman,وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ“Dan berzikirlah dengan menyebut Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” QS. Al Baqarah 203.Ibnu Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macamBerdzikir kepada Allah dengan bertakbir muqoyyad yaitu setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari Umar, Ali dan Ibnu Abbas. [su_spacer]Membaca tasmiyah bismillah dan takbir ketika menyembelih qurban. Dan waktu menyembelih qurban adalah sampai akhir hari tasyriq 13 Dzulhijah sebagaimana Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya 11 dan 12 Dzulhijah. Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan menjadi pendapat kebanyakan ulama. [su_spacer]Berdzikir memuji Allah Ta’ala ketika makan dan minum. Yang disyari’atkan ketika memulai makan dan minum adalah dengan menyebut nama Allah bismillah dan mengakhirinya dengan menyebut alhamdulillah. [su_spacer]Berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk orang yang berhaji. [su_spacer]Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq. Sebagaimana Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir. Allah Ta’ala berfirman,فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آَبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ 200 وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 201“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut membangga-banggakan nenek moyangmu[126], atau bahkan berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian yang menyenangkan di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” QS. Al Baqarah 200-201Dianjurkan Memperbanyak Do’a Sapu JagadDari ayat terakhir yang disebutkan di atas, para ulama salaf menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ikrimah dan Atho’.Do’a sapu jagad ini terkumpul di dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam paling sering membaca do’a sapu jagad ini. Anas bin Malik mengatakan,كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ“Do’a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam “Allahumma Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina adzaban naar” Wahai Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” HR. Bukhari no. 2389 dan Muslim no. 2690Di dalam do’a telah terkumpul kebaikan di dunia dan Hasan Al Bashri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga.”Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga.”Dan do’a juga termasuk dzikir, bahkan do’a termasuk dzikir yang paling dari Al Jashshosh, dari Kinanah Al Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al Asy’ariy berkata ketika berkhutbah di hari An Nahr Idul Adha, “Tiga hari setelah hari An Nahr yaitu hari-hari tasyriq, itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma’dudat hari yang terbilang. Do’a pada hari tersebut tidak akan tertolak pasti terkabul, maka segeralah berdo’a dengan berharap pada-Nya.” Lihat Latho-if Al Ma’arif, 505-506.Demikian sajian di hari tasyriq ini. Moga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi Juga Hukum Puasa Sunnah di Hari Tasyrik— Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 11 Dzulhijjah 1434 HPenulis Muhammad Abduh TausikalArtikel Pengasuh dan Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta 2003-2005. S1 Teknik Kimia UGM 2002-2007. S2 Chemical Engineering Spesialis Polymer Engineering, King Saud University, Riyadh, KSA 2010-2013. Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. Sekarang memiliki pesantren di desa yang membina masyarakat, Pesantren Darush Sholihin di Panggang, Gunungkidul.
Akantetapi menurut pandangan Endang Mintarja (2004: 15-16), cara zikir Arifin Ilham mengarah pada suatu tarekat, karena dalam zikir dan doanya selalu sama dalam setiap kesempatan. Karena selalu diulang, terkesan menjadi dibakukan sebagai ciri khas zikirnya Majelis az-Zikra. Ustadz Haryono mulai membangun majelis zikir sejak tahun 1984. Lebih
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Organized by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia in Collaboration with Research, Industry, Community & Alumni Networking Division, Universiti Teknologi MARA Melaka PROCEEDING 4TH INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE 2021 ISHEC ’21 “ISLAMIC HERITAGE STRENGTHENING THE KNOWLEDGE, EMPOWERING THE ACHIEVEMENT” Organized by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia in Collaboration with Research, Industry, Community & Alumni Networking Division, Universiti Teknologi MARA Melaka Copyright Page e-Proceedings of International Islamic Heritage Conference 2021 IsHeC 2102 September 2021Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS,Universiti Teknologi MARA, Melaka, MalaysiaThe editorial board would like to express their heartfelt appreciation for the contributions made by the authors, co-authors and all who were involved in the publication of this e-proceedings. Published by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia Published date 23 August 2021 Copyright © 2021, Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka Branch e-ISBN 978-967-2846-07-9All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, copied, stored, distributed, or transmitted in any form or by any means, including photocopying, recording, digital scanning, or other electronic or mechanical methods without prior written permission from the publisher. The views, opinions, and technical recommendations expressed by the contributor and authors are entirely their own and do not necessarily reflect the views of the editors, the publisher and the university. INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE 2021 EDITORIAL BOARD Patron Y. Bhg. Prof. Dr Abd Halim Mohd Noor Advisor 1 Prof. Ts Dr Shafinar Ismail Advisor II Prof. Madya Dr S Salahudin Suyurno Chairman Dr Mohd Zaid Mustafar Deputy Chairman Mr Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz Chief of Publication Dr Khairul Azhar Meerangani Dr Izzah Nur Aida Zur Raffar Dr Asma Wardah Surtahman Editors Dr Khairul Azhar Meerangani Dr Mohammad Fahmi Abdul Hamid Mr Abdul Qayuum Abdul Razak RECTOR’S NOTES Prof. Dr. Abd Halim Mohd Noor CHAIRMAN’S PREFACE Dr Mohd Zaid Mustafar KEYNOTE 1 PENDIDIKAN BERTERASKAN ULUL ALBAB DALAM MEMBANGUN GENERASI MUSLIM YANG CEMERLANG, BERPENGETAHUAN DAN BERAKHLAK Prof. Dato’ Dr. Ab. Halim bin Tamuri KEYNOTE 2 KOMUNIKASI PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN DI ANTARA MAGHREB DAN NUSANTARA DARI SUDUT SEJARAH Syeikh Dr Khalid Zahri & Dr Ahmad Arif Zulkefli KEYNOTE 3 ISLAMIC HERITAGE AND CIVILIZATIONAL REFORM CONNECTING THE BROKEN AND RAISING THE VANISHED Prof Dr Mohd Zaid Ahmad PENERIMAAN MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP KEPIMPINAN NON MUSLIM DI MALAYSIA Khairul Azhar Meerangani, Mohd Zahimie Mohd Dzahid, Muhammad Dzarif Ahmad Zahidi, Ahmad Nurilakmal Norbit & Mohd Farhan Md Ariffin WAQF-BASED AND OTHER SOCIAL-BASED HEALTHCARE IN MALAYSIA A CONCEPTUAL COMPARISON Raja Aishah Raja Adnan, Mahazan Abdul MutalibTaib & Muhammad Ridhwan Ab. Aziz MODEL MUZIUM PATUH SYARIAH DI MALAYSIA SATU PENGENALAN Siti Maimunah Kahal, Hajar Opir, Rahimin Affandi Abdul Rahim, Amiratul Munirah Yahaya & Nor Diyanah Zafri A SHARIAH OVERVIEW OF CREDIT STRENGTHENING FOR EQUITY-BASED SUKUK IN THE ISLAMIC CAPITAL MARKET IN MALAYSIA Dziauddin Sharif & Mohd Asyadi Redzuan UNDERSTANDING OF PRAGMATISM AND ISLAMIC PERSPECTIVE A CASE STUDY OF UNIVERSITY KUALA LUMPUR STUDENTS Sakinah Munarwarrah Hashim PERANAN KAEDAH-KAEDAH FIQHIYYAH SEBAGAI ELEMEN ISTIDLAL DALAM ISU DARURAH Ahmad Murshidi Mustapha & Noraini Junoh ANALYSIS OF HACCP IMPLEMENTATION IN THE MALAYSIAN HALAL INDUSTRY Muhammad Raziq Ramzi & Azri Bhari INTEGRATED EDUCATION IN KERALA THE PIONEERING ROLE OF SAYYED ISMAIL SHIHABUDDIN POOKKOYA THANGAL OF PANOOR 1936-2010 Mohd. Noh Abdul Jalil & Sayyed Mohamed Muhsin INTERNATIONALISATION OF THE ISLAMIC THOUGHT THE CONTRIBUTIONS OF SAYYED ISMAIL 1936-2010 Sayyed Mohamed Muhsin & Mohd. Noh Abdul Jalil CURATION CONTENTS AS A CORE COMPETENCY IN MOOC LEARNING AMONG STUDENTS USING ENGAGEMENT THEORY FRAMEWORK Nik Rozilaini Wan Mohamed & Dziauddin Sharif ANALYSIS THE IMPLEMENTATION OF THE HALAL LOGO IN THE FOOD INDUSTRY IN MALAYSIA Nur Afini Abu Bakar & Azri Bhari DILEMA PENDIDIKAN KANAK-KANAK ROHINGYA DI MALAYSIA SATU TINJAUAN AWAL Aida Zahirah Samsudin & Napisah Karimah Ismail TINJAUAN KEKANGAN DAN PENDEKATAN BAGI PEMANTAPAN AKIDAH ISLAMIYAH UMMAH MASA KINI Zanirah MustafaBusu, Nur Syazana Adam, Hasnah Atikah Hassan Shukri & Noraini Junoh KEFAHAMAN DAN KESEDARAN TUNTUTAN KEATAS ZAKAT EMAS DI KALANGAN WANITA ANALISIS DALAM KOMUNITI WANITA DI DUNGUN, TERENGGANU Muhamad Anas Ibrahim, Aemy Aziz, Nurul Ilyana Muhd Adnan, Muhammad Saiful Islam Ismail & Syaimak Ismail PEMBANGUNAN MINDA REMAJA MENURUT PERSPEKTIF ULWAN TINJAUAN TERHADAP AMALAN KELUARGA DI PUTRAJAYA Izzah Nur Aida Zur Raffar, Hamidah Jalani, Nang Naemah Nik Dahalan, Nor Adina Abdul Kadir, Sarah Dina Mohd Adnan & Mariam Farhana Md Nasir MEKANISME AGIHAN ZAKAT MAIK KEPADA GOLONGAN ASNAF DAN MISKIN DI NEGERI KELANTAN Muhamad Anas Bin Ibrahim, Aemy Aziz, Nurul Ilyana Muhd Adnan, Muhammad Saiful Islam Ismail & Syaimak Ismail ANALYSIS OF COMMUNITY UNDERSTANDING OF ISLAMIC INHERITANCE MANAGEMENT INSTITUTIONS IN MALAYSIA Khairul Anam Naqiuddin Muhamad & Azri Bhari PERWALIAN MENURUT PERSPEKTIF FIQH SATU PERBINCANGAN KONSEPTUAL Atiqah Hazman, Norhidayah Pauzi & Bahiyah Ahmad ANALYSIS ABOUT MANAGEMENT OF SADAQAH FUND AT MOSQUES IN SHAH ALAM Hikmah Abd Rahim, Azri Bhari & Mohd Ashrof Zaki Yaakob DIALOG ANTARA AGAMA SEBAGAI SATU PENDEKATAN DAKWAH MASYARAKAT MAJMUK Aemy Elyani Mat Zain & Jaffary Awang THE CONCEPT OF AR RIJAL QAWWAMUN ALA AN-NISA' IN COMBATING DOMESTIC VIOLENCE DURING COVID-19 PANDEMIC IN MALAYSIA Farah Safura Muhammud & Fatin Nur Majdina Nordin PENERIMAAN USAHAWAN KECIL MUSLIM DI KELANTAN TERHADAP AR-RAHNU ANALISIS DARI PERSPEKTIF FAKTOR PROMOSI Salimah Yahaya & Hainnur Aqma Rahim PEMIKIRAN AKIDAH MUHAMMAD BIN KHALIL AL-SAKUNI Ahmad Arif Zulkefli, Muhammad Hafizi Rozali, Khairul Azhar Meerangani & Mohammad Fahmi Abdul Hamid ANALISIS KEPUTUSAN MUZAKARAH MAJLIS KEBANGSAAN BAGI HAL EHWAL UGAMA ISLAM MALAYSIA MKI BERKAITAN COVID-19 DI MALAYSIA Azri Bhari & Mohd Hapiz Mahaiyadin ISU MUD AJWA’ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGAMALAN KEWANGAN ISLAM SEMASA SOROTAN LITERATUR Mohd Asyadi Redzuan, Dziauddin Sharif & Mohamed Fairooz Abdul Khir SEMAKAN ARAH KIBLAT MASJID-MASJID WARISAN KAJIAN DI NEGERI MELAKA Mohd Razlan Ahmad, Radzuan Nordin & Nor Nazmi Razali PERANAN KOMPLEKS FALAK AL-KHAWARIZMI, MELAKA DALAM PELANCONGAN ASTRONOMI DI MALAYSIA Mohd Razlan Ahmad, Nur Nafhatun Shariff, Nor Nazmi Razali, Mohd Takiyuddin Ibrahim & Mohd Paidi Norman KEBERKESANAN AGIHAN ZAKAT TERHADAP ASNAF FISABILILLAH DI NEGERI KELANTAN Wan Siti Zahratul Wahdah Wan Azlan & Noor Hasyimah Sulaiman PENERAPAN NILAI KEROHANIAN DALAM PERANCANGAN KERJAYA PELAJAR TVET Ahmad Rosli Mohd Nor, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Khairul Aizal Osman KELESTARIAN KEWANGAN SOSIAL GOLONGAN MISKIN RENTAN MELALUI MEKANISME i-CSR BERASASKAN QARD AL-HASAN. Norajila Che Man, Mohd Faizal P. Rameli, Wan Noor Hazlina Wan Jusoh & Nurul Hidayah Mansor PENGAMALAN ZIKIR DALAM MAJLIS ZIKIR TAREKAT AL-SYAZULIYAH AL-DARQAWIYAH DI NEGERI SEMBILAN Mohammad Fahmi Abdul Hamid, Ahmad Rosli Mohd Nor, Khairul Azhar Meerangani, Mohd Farhan Md Ariffin & Muhammad Taufiq Md Sharipp PANDANGAN PESERTA TENTANG PENCAPAIAN SELEPAS MENYERTAI PROGRAM REALITI TV AGAMA DI MALAYSIA Muhamad Faisal Ashaari & Nabil Ahmad JAWI PERANAKAN STATUS DAN PERANANNYA DALAM MEMBUDAYAKAN EKONOMI MELAYU Hamidah Jalani, Izzah Nur Aida Zur Raffar, Sarah Dina Mohd Adnan, Nor Adina Abdul Kadir, Nang Naemah Nik Dahalan & Mariam Farhana Md Nasir DIGITALISASI SISTEM PENGURUSAN ZAKAT DI MALAYSIA POTENSI DAN CABARAN Muhammad Taufik Md Sharipp, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Ikhlas Rosele, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Abdul Qayuum Abdul Razak SEJARAH PENULISAN KARYA JAWI DALAM BIDANG MUNAKAHAT SUATU TINJAUAN Muhammad Faidz Mohd Fadzil, Abdul Qayuum Abdul Razak, Muaz Hj Mohd Noor, Mohd Zaid Mustafar & Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz TAHAP PENCAPAIAN PELAJAR DALAM PROGRAM PLUS TAHFIZ UiTM Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Khairul Azhar Meerangani IDENTIFIKASI AL-HIND BERDASARKAN MU’JAM AL-BULDĀN OLEH AL-ḤAMAWĪ KAJIAN TERHADAP HURUF AL-QĀF DAN AL-KĀF Rusni Mohamad & Thuraya Ahmad KONSEP HIFZ AL-BI’AH DALAM PENGURUSAN RISIKO BENCANA ALAM SATU SOROTAN AWAL Muhammad Hilmi Mat Johar, Khairul Azhar Meerangani, S Salahudin Suyurno & Adam Badhrulhisham PENGHAYATAN NILAI ISLAM KE ARAH MEMPERKUKUH PRINSIP RUKUN NEGARA Noor Aziera Mohamad Rohana, Siti Nurul Izza Hashim, Nang Naemah Nik Dahalan, Abdul Qayuum Abdul Razak & Mohd Faizal A STUDY ON FACTORS OF FAKE NEWS SPREADING ON THE HALAL STATUS OF FOOD PRODUCTS IN MALAYSIA Shofiyyah Moidin, Nur Auni Syafiqah Ismail, Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Nur Hafizah Harun & Norazlina Mamat HALAL TRAINING ISSUES AND CHALLENGES FROM TRAINERS’ PERSPECTIVES IN HALAL PRODUCTS RESEARCH INSTITUTE HPRI Nur Hafizah Harun, Muhamad Amir Nur Hakim Haji Abdullah, Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Norazlina Mamat & Shofiyyah Moidin THE LEARNING CHALLENGES FACED BY UiTM STUDENTS IN COVID-19 POST PANDEMIC Mohamad Shafiei Ayub, Nor Adina Abdul Kadir, Nursyaidatul Kamar Md Shah & Mohd Farhan Abd Rahman TULISAN JAWI PELOPOR KEILMUAN DI ALAM MELAYU SATU KAJIAN AWAL Siti Nurul Izza Hashim & Roziah SidikMat Sidek FALSAFAH PASCA KOLONIALISME DI ALAM MELAYU DALAM SOROTAN Ahmad Farid Abd Jalal, Rahimin Affandi Abdul Rahim & Awang Azman Awang Pawi KETOKOHAN IBU ZAIN DALAM MEMPERKASA PENDIDIKAN DI KALANGAN WANITA MELAYU SUATU TINJAUAN RINGKAS Nang Naemah Nik Dahalan, Izzah Nur Aida Zul Raffar, Hamidah Jalani, Mariam Farhana Md Nasir, Nor Adina Abdul Kadir & Sarah Dina Mohd Adnan SOROTAN AWAL TERHADAP AMALAN PENGURUSAN HARTA PUSAKA DI BAITULMAL MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN Nor Azlina Abd Wahab & Mohd Zamro Muda ANALYSIS OF HISTORICAL CONTENT IN AL-KAMIL FI AL-TARIKH ACCORDING TO IBN AL-ATHIR Abdul Qayuum Abdul Razak, Norsaeidah Jamaludin, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Faidz Mohd Fadzil, Ijlal SajaMearaj & Noor Aziera Mohamad Rohana ANALISIS TINJAUAN LITERATUR SISTEMATIK SLR BERKAITAN PENENTU GELAGAT FILANTROPI Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz, Mohd Zaid Mustafar, Abdul Qayuum Abdul Razak, Muhammad Faidz Mohd Fadzil & Muaz Mohd Noor SUMBANGAN INTELEKTUAL IBNU MAJID 1432M-1507M DALAM GEOGRAFI PELAYARAN DI PESISIRAN AFRIKA TIMUR KAJIAN TERHADAP KARYA-KARYANYA TERPILIH Asma Wardah Surtahman & Misri Abdul Muchsin HUBUNGAN SISTEM ADAT NANING DENGAN ISLAM DARI ASPEK SEJARAH KEBUDAYAAN Luqman Nulhakim Harzamar & Muhammad Hirzan Razali AMALAN KREATIVITI RASULULLAH SAW DALAM PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN ANALISIS HADIS DAN SIRAH NABAWIYAH Tengku Nor Husna Tengku Jamil, Gazilah Mohd Isa, Nurul Qudwatun Nisa’ Mohd Zamberi, Muhammad Arif Syahin Mohd Diah & Muhammad Zulfadhli Rosli KORELASI ANTARA GELAGAT FILANTROFI DENGAN TAHAP KEDERMAWANAN MUSLIM SEMASA PANDEMIK COVID-19 Muaz Mohd Noor, Muhammad Taufik Md Sharipp, Mohd Zaid Mustafar, Muhammad Faidz Mohd Fadzil, S Salahudin Suyurno & Mohd Khairul Nizam Abd Aziz KOMIK MELAYU ANALISIS DAKWAH DAN NILAI MURNI MENERUSI KARYA REJABHAD “TAN TIN TUN” Fazlina Mohd Radzi, Liza Marziana Mohammad Noh, Haslinda Abd Razak, Shaliza Dasuki & Nor Arseha Karimon HALAL AWARENESS EFFECT ON MALAYSIAN MUSLIMS’ INTENTION TO VISIT HOMESTAYS IN SABAH, MALAYSIA THE MODERATING ROLE OF GENDER Azrin Jalasi & Sylvia Nabila Azwa Ambad PERSEPSI PELAJAR TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERASASKAN PERMAINAN MELALUI PERANTI MUDAH ALIH Mohd Nabil Zulhemay, Nurul Asma Mazlan & Mohamad Farham Mat Husin EXPLORING THE MALAYSIAN LAW ON HALAL IMPORTED PRODUCTS Yuhanza Othman, Mimi Sofiah Ahmad Mustafa, Zuhairah Hasan & Mohair Nizam Johari INISIATIF BANTUAN MAKANAN DALAM MENANGANI KETIDAKSELAMATAN MAKANAN AKIBAT PANDEMIK COVID-19 OLEH MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN DAN INSTITUSI ZAKAT Noorfazreen Mohd Aris, Norizah MohamedHaji Daud & Sharipah Amirah Abas IMPAK PANDEMIK COVID-19 DAN CABARAN DALAM KELANGSUNGAN TAMADUN DI MALAYSIA KAJIAN MELALUI LAPORAN MEDIA MASSA Mariam Farhana Md Nasir, Nang Naemah Nik Dahalan, Hamidah Jalani, Izzah Nur Aida Zurrafar, Nor Adina Abdul Kadir & Sarah Dina Mohd Adnan PERBANDINGAN TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR IBNU KATHIR AL-HUJURAT AYAT 6 TABAYYUN DALAM MEDIA SOSIAL Mohd Nothman Mohd Nor, Muhamad Wazir Muslat, Ainan Salsabila Mohamad Shukry, Fatimah Az-Zahrah Mohd Razali, Nurul Amani Ahmad Hasni & Nur Athirah Abdul Wahab CONCEPTUALIZING SHARIAH INTERNAL AUDIT’S OBJECTIVES AND EFFECTIVENESS WITHIN CORPORATE GOVERNANCE A PRELIMINARY STUDY Noor Fadhzana Mohd Noor & Noor Affendi Ismail PELAKSANAAN WAKAF KESIHATAN OLEH MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN Norizah MohamedHaji Daud & Noorfazreen Mohd Aris PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP PENGLIBATAN MUSLIM DALAM FILANTROPI KETIKA KESUKARAN PANDEMIK COVID-19¬ Mohd Zaid Mustafar, Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Faidz Mohd Fadzil & Muaz Mohd Noor TEODISI MENURUT IMAM AL-GHAZALI W. 1111M Nurhanisah Senin & Mustafa Kamal Amat Misra ANALISIS FAKTOR PENEROKAAN DAN KORELASI ANTARA MANHAJ RABBĀNIYY DENGAN KREDIBILITI KOMUNIKATOR ISLAM S Salahudin Suyurno, Muhammad Taufik Md Sharipp, Abdul Rauf Ridzuan, Zulkefli Hj Aini, Khairul Azhar Meerangani & Mohammad Fahmi Abdul Hamid HEALTH COMMUNICATION THROUGH SOCIAL MEDIA SITES IN COMBATING NON-COMMUNICABLE DISEASE NCDs AND IMPROVEMENT OF WELL-BEING IN MALAYSIA Aini Faezah Ramlan, Abdul Rauf Hj Ridzuan, S Salahudin Suyurno, Rosilawati Sultan Mohideen & Ilya Yasnorizar Ilyas PENERIMAAN PELAJAR TERHADAP KURSUS PENGHAYATAN ETIKA DAN PERADABAN DI UNIVERSITI TEKNOLOGI MARA, CAWANGAN PULAU PINANG Emie Sylviana Mohd Zahid & Nurfahiratul Azlina Ahmad KEPERLUAN ELEMEN AL-SARF AL-WAZIFIYY DALAM PENGAJARAN ASAS BAHASA ARAB Muhammad Daoh, Sri Andayani Mahdi Yusuf, Naqibah Mansor, Abdul Muqsith Ahmad, Mohd Nothman Muhamad Nor & Rabi'atul Aribah Muhamad Isa KESAN COVID-19 PADA DUNIA PELABURAN SAHAM Nurfahiratul Azlina Ahmad & Emie Sylviana Mohd Zahid ELEMEN PENCIPTAAN DALAM PANDANGAN KOSMOLOGI IMAM AL-GHAZALI Nurhanisah Senin i RECTOR’S NOTES The respected Executive Committee, The Top Management of UiTM Cawangan Melaka, collaborating partners, generous sponsors, distinguished participants, dedicated committee members, ladies, and gentlemen. First and foremost, I would like to express my utmost gratitude to Allah SWT because with His blessings, we have successfully organized the INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE ISHEC 2021 with the theme “Islamic Heritage Strengthening the Knowledge, Empower the Achievement”. This is the fourth time the conference has been held since 2015. Congratulation to all committee members for their hard works and dedications. With the COVID-19 is still around the corner and affected people worldwide, the spirit of producing inventions and innovations that are beneficial for society is still ongoing. This is in line with the saying of Prophet Muhammad SAW – “seeking for knowledge is compulsory for every Muslim”. We are obliged to seek knowledge regardless the circumstances and situation we are having. With this spirit and obligation, ISHEC 2021 comes into the picture. Although this event could not be organized in the conventional face-to-face approach, we have adapted and embraced these changes to remain competitive and relevant to the academic world. ISHEC 2021 provides a platform for academicians, researchers, and postgraduate students to generate creative and innovative ideas. ISHEC 2021 has focused on various contemporary sub-themes from different fields of Islamic studies. This situation has given the opportunity for the researchers to explore new insight in the area of Shariah and Jurisprudence, Islamic Economic and Finances, Aqidah and Islamic Thought, Da’wah and Communication, Education and Civilization, as well as Science & Technology. This is aligned with the Industrial Revolution IR to produce creative, data literate and critical scholars from various fields. Thus, this conference provides an opportunity for the scholars to share their knowledge and experiences. I believe the efforts shown by the committee members, collaborating universities and participants will have a significant impact on the socio-economic development of the global community in developing new ideas and methods successfully. I hope this conference would build research interests and networking while creating and presenting new ideas and innovations. Finally, I would like to congratulate the countless efforts and teamwork spirit once again from all parties, especially those who have made this event successful. Hopefully, this little effort of ours will be rewarded by Allah, In Shaa Allah. Thank you. Stay safe Prof. Dr. Abd Halim Mohd Noor, Exercising the functions of the Rector UiTM Cawangan Melaka ii CHAIRMAN’S PREFACE The respected Executive Committee, The Top Management of UiTM Cawangan Melaka, collaborating partners, generous sponsors, distinguished participants, dedicated committee members, ladies, and gentlemen. Praise to Allah with His blessings and grace, the Academy of Contemporary Islamic Studies is able to organize a 4th conference on Islamic Heritage with the theme, “Islamic Heritage Strengthening the Knowledge, Empowering the Achievement”. Without the full support from our co-organizer, Center for Islamic Philanthropy and Social Finance CIPSF, Division of Research and Industrial Linkages and ceaseless dedication as well as istiqamah and al-amal jamaie espirit de corp being put in among committee members, this conference would not have materialized. Among the objectives of this year’s conference is to build network among local and international scholars in the field of Islamic Heritage, to gather scholars in various fields and stimulate research on current issues related to Islam and to encourage generation of ideas and knowledge in various fields of Islamic-based research. Taking the benchmark from the 1st to 3rd conferences, we hope that in this 4th conference, a higher awareness can be shaped on appreciating works and studies in Islamic Heritage and broadening wider interests among the academic circle to collaborate and share their expertise in this multidisciplinary approach to contemporary Islamic studies. Besides, this conference is also expected to become the platform in preserving our Islamic heritage in the past, present and future so that the younger generation can learn and recognize the significance of Islamic heritage and civilization for progress. Hence, the organizers, committee members, presenters and participants should be congratulated accordingly for giving their full commitment and support to organize this fourth conference on Islamic Heritage. Let us make this conference another eventful one. All the best! Thank you. Dr. Mohd Zaid Mustafar Chairman of 4th ISHEC 2021 UiTM Cawangan Melaka 43 PENGAMALAN ZIKIR DALAM MAJLIS ZIKIR TAREKAT AL-SYAZULIYAH AL-DARQAWIYAH DI NEGERI SEMBILAN 1Mohammad Fahmi Abdul Hamid, 2Ahmad Rosli Mohd Nor, 3Khairul Azhar Meerangani, 4 Mohd Farhan Md Ariffin & 5Muhammad Taufiq Md Sharipp 1,3,5Akademi Pengajian Islam Kontemporari, Universiti Teknologi MARA, Cawangan Melaka, Kampus Alor Gajah, 78000 Alor Gajah, Melaka, Malaysia 2Akademi Pengajian Islam Kontemporari, Universiti Teknologi MARA, Cawangan Melaka, Kampus Bandaraya Melaka, 75350 Melaka, Malaysia 4Pusat Kajian al-Quran dan Sunnah, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia ABSTRAK Tarekat tasawuf merupakan satu amalan kerohanian yang melibatkan berbagai elemen dalam proses pembentukan peribadi individu dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam tarekat tasawuf terkandung pelbagai kaedah dan amalan yang boleh dilaksanakan bagi meningkatkan tahap kerohanian individu. Kaedah ini melengkapi ilmu secara teori dan praktikal yang perlu dilaksanakan bagi mereka yang telah bersedia untuk menempuh jalan tasawuf. Walau bagaimanapun, perlu ditegaskan, pilihan untuk beramal dengan tarekat tasawuf haruslah menepati landasan syariat. Demikian itu, perlunya penilaian terhadap tarekat tasawuf yang ingin diamalkan oleh individu dalam memastikan tarekat tersebut menepati syariat Allah SWT dan sunnah Nabi SAW. Oleh itu, kajian ini mengetengahkan pengamalan zikir dalam majlis zikir tarekat al-Syazuliyah al-Darqawiyah di Negeri Sembilan dan keselariannya menurut perbahasan al-Quran dan al-Sunnah. Kajian ini menggunakan metodologi kualitatif yang bersifat analisis deskriptif melalui analisis dokumen berkaitan sumber ambilan tarekat, kaedah pemerhatian dalam majlis zikir dan temu bual bersama syeikh tarekat sebagai data sokongan. Mekanisme penganalisisan terhadap pengamalan tersebut menggunakan hadis sebagai dalil utama, disokong dengan dalil al-Quran serta pendapat ulama. Hasil kajian mendapati pengamalan zikir dalam majlis zikir tarekat al-Syazuliyah al-Darqawiyah di Negeri Sembilan bertepatan dengan perbahasan al-Quran, hadis mahupun pendapat para ulama. Keselarian praktis zikir dalam majlis zikir tarekat dengan penetapan syarak boleh diteruskan sebagai satu bentuk pengamalan kerohanian dalam kalangan masyarakat. Kata Kunci Tarekat; al-Syazuliyah; al-Darqawiyah; Tasawwuf; Negeri Sembilan ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
. 4ysiz62yoe.pages.dev/2054ysiz62yoe.pages.dev/964ysiz62yoe.pages.dev/914ysiz62yoe.pages.dev/1404ysiz62yoe.pages.dev/1074ysiz62yoe.pages.dev/3984ysiz62yoe.pages.dev/3364ysiz62yoe.pages.dev/1724ysiz62yoe.pages.dev/335
amalan zikir tarekat akmaliyah